Melihat Museum Geopark Pertama Di Indonesia, Sekaligus Menikmati Keindahan Alam Sekitar Gunung Batur

Keindahan panorama Gunung Batur membuatnya menjadi salah satu destinasi utama para wisatawan yang berkunjung ke Bali. Gugusan gunung Batur dengan kalderanya yang dipadu udara sejuk dan pemandangan danau nan asri, sangatlah memanjakan mata.  

Susunan alam yang cantik ini terbentuk akibat letusan Gunung Api Batur sekitar 20 ribu tahun lalu. Salah satunya berupa kaldera Batur yang unik.

Disamping keunikan karakter alamnya, area Kaldera Batur memiliki keragaman hayati dan budaya yang menarik untuk diketahui. Siapapun dapat menggali informasi tersebut di Museum Geopark Batur. 

Museum Geopark Batur di Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, merupakan museum geopark yang pertama kali diresmikan di Indonesia.
Museum Geopark Batur
Museum Geopark Batur (sumber : Kompas.com)
Museum Geopark Batur yang dibangun di atas lahan satu hektare ini diresmikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said pada 1 April 2016. Museum ini diharapkan akan berfungsi sebagai pusat informasi geopark baik Batur maupun nasional di Indonesia yang berjumlah 33 lokasi.

Sebelumnya, museum geoprak pertama di Indonesia itu telah ditetapkan UNESCO sebagai anggota Global Geopark Network pada 20 September 2012.

Indonesia saat ini telah memiliki dua geopark yang telah masuk dalam GGN, yakni Geopark Batur dan Geopark Gunung Sewu di Jawa Tengah. Selain itu, terdapat empat geopark nasional, yakni Geopark Nasional Kaldera Toba di Sumatera Utara, Merangin di Jambi, Rinjani di Nusa Tenggara Barat, dan Ciletuh di Jawa Barat.

Dibandingkan geopark lainnya, Geopark Batur memiliki keunikan tersendiri.  Yakni Gunung Batur memiliki dua kaldera, di mana di dalam kaldera I terbentuk kaldera II. Di dalam kaldera II terdapat danau berbentuk bulan sabit, yang dikenal dengan nama Danau Batur.

Kaldera Gunung Batur ini diperkirakan terbentuk akibat dua letusan besar pada 29.300 dan 20.150 tahun yang lalu.

Museum yang terletak di kawasan Gunung Batur ini dibangun sejak 2013 hingga 2014 ini merupakan museum geopark yang pertama kali menggunakan landskap gunung. Wisatawan yang berkunjung ke museum ini bisa mengenal sejarah dan geopark Gunung Batur lebih dekat.

Saat memasuki ruangan museum geopark, pengunjung akan disambut miniatur Gunung Batur. Pengunjung bisa menyaksikan representasi sejarah alam dan kebudayaan di Batur.

Miniatur kaldera Gunung Batur (sumber : Detik.com)
Koleksi yang terdapat di Museum Geopark Batur merepresentasikan tiga pilar geopark, yakni keanekaragaman geologi (geodiversity), keanekaragaman hayati (biodiversity), dan keanekaragaman wujud budaya (cultural diversity).
Salah satu ruangan di Museum Geopark Batur (sumber : Kompas.com)
Total koleksi museum ini berjumlah 350 objek dengan dimensi antara lima centimeter (cm) sampai 250 cm dan berat maksimum 600 kilogram. Sepanjang tahun 2016, jumlah pengunjung Museum Geopark Batur telah mencapai 60.000 orang. Untuk mencapai Museum Geopark Batur, diperlukan perjalanan selama 2 jam dari Kuta.

Selain melihat koleksi museum, wisatawan sekaligus bisa menyaksikan langsung keindahan alam Geopark Batur yang dikelilingi bebatuan dan pasir, serta danau. Pengunjung akan menikmati sejuknya udara di kawasan Geopark Batur. 
Keindahan Gunung Batur bisa dinikmati dari Museum Geopark (sumber : Antara)
Keindahan panorama Gunung Batur yang memiliki ketinggian 2.400 meter dari permukaan laut sangat serasi dengan Danau Batur di bawahnya yang dapat disaksikan dari kejauhan di obyek wisata Penelokan, yang lokasinya di pinggir jalan yang cukup strategis di Kintamani.

Perpaduan lembah dan pegunungan serta keunikan seni budaya yang diwarisi masyarakat setempat secara turun temurun menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dalam dan luar negeri untuk mengunjungi obyek wisata andalan di Kabupaten Bangli, Bali tersebut.
Wisatawan tengah menikmati sunrise dari kawah Gunung Batur (sumber : Kompas.com)
Salah satu yang menjadi daya tarik wisatawan adalah melakukan pendakian ke Gunung Batur untuk melihat matahari terbit. Pendakian tersebut dilakukan pada pukul 3 pagi dan membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam sampai 2 jam untuk mencapai puncak.

Di sekitar kawasan Gunung Batur terdapat beberapa desa seperti Desa Kedisan, Buahan, Abang, Trunyan, Songan, Batur, Sukawana, dan Kintamani. Setiap desa tersebut selalu ada yang unik.

Seperti di Sukawana, kita bisa melihat langsung anjing lokal khas Kintamani yang terkenal sebagai anjing penjaga. Di daerah ini juga terdapat pura besar seperti Pura Besakih. 

Beberapa kawasan Kintamani seperti di Toya Bungkah, Kedisan, dan desa sekitar yang berada di kaki gunung terdapat lokasi hambatan bebatuan vulkanik sisa letusan Gunung Batur. Dengan hamparan bebatuan sepanjang jalan yang menghubungkan desa satu dengan desa lainnya menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Saat melewati kawasan ini, banyak kendaraan wisatawan yang berhenti hanya untuk foto atau menikmati suasana indahnya batu vulkanik. Bahkan tidak jarang digunakan lokasi foto pra pernikahan karena pemandangannya yang eksotik. Untuk mencapai lokasi ini, harus melalui jalan dengan medan turun dari arah Jalan Penelokan.

TOYA BUNGKAH

Hawa dingin Kintamani mungkin membangkitkan keinginan bermandi air panas untuk merelaksasi otot dan tubuh. Nah, Toya Bungkah adalah tempat yang tepat untuk menikmati sensasi mandi air panas dengan bonus panorama alam pegunungan.
Pemandian air panas Toya Bungkah (sumber : Kompas.com)
Terletak di kaki Gunung Batur atau berada di sebelah Barat Danau Batur, Toya Bungkah memiliki pesona sendiri sebagai kawasan pemandian air panas sekaligus kawasan wisata alam di Bali. Secara administratif Toya Bungkah berada di Desa Pakraman Batur, Kintamani, Provinsi Bali.

Nama Toya Bungkah secara harfiah berasal dari kata toyo artinya air dan bungkah berarti batu-batuan. Jadi, Toya Bungkah bermakna air dari Gunung Batur yang mengalir dari celah-celah bebatuan.

Wisata andalan di Toya Bungkah adalah memang keberadaan sumber air panas alami yang selain baik untuk relasasi otot, juga dipercaya memiliki kandungan sulfur yang berkhasiat menyembuhkan penyakit kulit.

Kolam air panas di Toya Bungkah ada dua, yaitu yang pertama ditata sesuai keadaan alam sekitarnya dan menjadi semacam pemandian umum warga sekitar. Kedua, adalah kolam air panas alam yang ditata dengan dibangunnya tembok atau pembatas dan biasanya jadi tempat yang dipilih wisatawan.

KUBURAN TERUNYAN

Masih ada lagi destinasi wisata yang bisa dikunjungi di wilayah Kintamani, yaitu melihat kuburan Terunyan yang terletak di desa kuno bernama Desa Terunyan. Desa Terunyan letaknya di pinggir Danau Batur.

Masyarakat Bali Mula atau Bali Aga yang menetap di desa ini memiliki tradisi upacara kematian yang unik. Bali Mula merupakan sebutan untuk orang Bali yang menetap di pulau ini jauh sebelum masuknya agama Hindu.

Di Desa Trunyan jenazah orang yang meninggal tidak dimakamkan atau dibakar, melainkan dikuburkan dengan cara dibaringkan di atas tanah yang disebut Sema Wayah.
Desa Terunyan (sumber : Kompas.com)

Jenazah penduduk yang meninggalkan dibungkus kain dan diletakkan berjejer bersanding dengan yang lainnya di permukaan tanah dangkal berbentuk cekungan panjang. Kemudian jenazah dilindungi oleh anyaman bambu berbentuk segitiga.

Yang tampak dari jenazah hanya bagian muka dari celah bambu "Ancak Saji". Ancak Saji merupakan anyaman bambu segitiga sama kaki yang berfungsi untuk melindungi jenazah dari serangan binatang buas. Selanjutnya jenazah dibiarkan hingga membusuk. Tradisi ini disebut mepasah. Yang unik jenazah tersebut tidak menebarkan aroma busuk.

Tak jauh dari tempat mayat dan tengkorak berjejer, terdapat pohon besar yang disebut pohon "Taru Menyan" menyapa di pintu masuk utama. "Taru" berarti pohon dan "menyan" artinya wangi.

Menurut legenda dan keyakinan masyarakat di sana hingga sekarang, pohon itulah yang diyakini mampu menetralisasi bau busuk yang menebar di sekitar kuburan atau setra. Ketika kaki melangkah masuk, kedua sisi candi dihiasi tengkorak "berbekal" kepingan uang rupiah yang diletakkan pengunjung.

Melangkah lebih dalam, ada sembilan tempat meletakkan jenazah berjajar rapi. Usia dan kondisi mayat beragam. Semua bergantung pada masa kematian jenazah. Jika pas kebetulan, pengunjung bisa mendapati secara nyata kondisi mayat dalam keadaan utuh bersebelahan dengan kondisi mayat yang telah menjadi tengkorak.

Pengunjung, baik lokal maupun mancanegara, bebas mengambil foto dari tempat tengkorak dibaringkan. Di sekitar sini, akan banyak tulang belulang yang tanpa sengaja bisa terinjak oleh kaki saat asyik mengamati sekeliling kuburan.

Uang koin, perlengkapan pribadi di masa hidup, pakaian yang tercabik-cabik menyembul dari tanah. Pemandangan ini akan menghiasi kesan jejak kehidupan manusia yang bermukim di Desa Trunyan telah berakhir di sini, di sebidang tanah yang luasnya kurang dari satu are serta berundag.

Ternyata tidak semua mayat yang bisa dikuburkan di Sema Wayah, Desa Trunyan. Hanya mereka yang meninggal secara wajar, telah berumah tangga, bujangan, dan anak kecil yang gigi susunya telah tanggal yang bisa dikubur di Sema Wayah.

Sementara bayi yang meninggal akan dikuburkan di lokasi yang berbeda, yang disebut Sema Nguda/Muda. Sedangkan orang yang meninggal secara tidak wajar seperti kecelakaan akan dikubur di Sema Bantas. Semua sudah dibedakan sesuai aturan dan kaidah yang berlaku di desa tersebut.
Prosesi pemakaman pun terbilang unik. Karena jenazah diangkut menggunakan perahu untuk menuju lokasi Sema Wayah.

Danau Batur dan Gunung Batur dilihat dari dermaga kuburan Desa Terunyan (sumber : Kompas.com)
Kuburan Sema Wayah ini memang hanya bisa dijangkau dengan perahu, naik dari wilayah pemukiman Desa Terunyan atau dari tepian Danau Batur. Tetapi biasanya turis berangkat dari tepian Danau Batur dari arah Gianyar. Lalu naik perahu ke arah timur.

Untuk menuju Desa Trunyan ada dua akses, pengunjung bisa melalui akses jalur darat berjarak sekitar 45 menit dari Panelokan, atau pengunjung juga dapat melalui akses dermaga di Kedisan dengan menggunakan boat yang telah disiapkan.

Apabila lewat Desa Trunyan, pengunjung hanya menjangkau sekitar 15 menit perjalanan boat menyusuri pinggir Danau Batur. Jika lewat dermaga, pengunjung bisa menempuh perjalanan boat sekitar 45 menit menyeberangi Danau Batur.

Sewa perahu sekitar Rp 500 ribu pulang-pergi sekali carter dan bisa memuat hingga 7 orang, termasuk jaket pelampung dan pemandu dari penduduk setempat. Bagi wisatawan yang berpasangan juga tersedia perahu sampan untuk berdua.

Berkunjung ke Trunyan bisa dijadikan satu paket tur ke Kintamani dan Danau Batur. Dari setiap sudut mana pun, Gunung Batur akan  menyajikan daya pesonanya yang menyimpan tradisi unik. Kesibukan masyarakat mencari ikan dan mengurus keramba ikan adalah pekerjaan sehari-hari penduduk lokal di sana. Tidak akan rugi sekali datang ke Kintamani karena Anda akan mengunjungi beberapa destinasi wisata sekaligus

Posting Komentar untuk "Melihat Museum Geopark Pertama Di Indonesia, Sekaligus Menikmati Keindahan Alam Sekitar Gunung Batur"