Pengalaman Berobat Ke Rumah Sakit Dengan Kartu BPJS Untuk Periksa Mata

Kali ini Admin Arsip Info akan berbagai tentang pengalaman periksa mata di Rumah Sakit dengan kartu BPJS. Seperti diketahui BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) adalah asuransi kesehatan yang wajib diikuti semua warga negara Indonesia.
Berobat mata ke rumah sakit dengan kartu BPJS.
BPJS Center di rumah sakit, tahap awal berobat sebagai pasien BPJS di rumah sakit.

Sebagai warga negara yang baik saya pun sudah terdaftar di BPJS sejak Desember 2016. Namun baru pada Juli 2017 saya memanfaatkan kartu sehat BPJS saya untuk berobat. Kali ini saya ingin memeriksakan kondisi mata saya yang sepertinya sudah memerlukan kacamata baru.

Sesuai ketentuan kita tidak bisa langsung berobat ke RS (rumah sakit), tapi harus melalui Fasilitas Kesehatan tingkat 1. Saya pun berangkat ke dokter yang telah saya pilih sebelumnya saat mendaftar BPJS.

Dokter tersebut, sebut saja Y, membuka praktek pribadi di rumahnya. Di depan kamar praktiknya tercantum pengumuman bahwa untuk pasien BPJS hanya dilayani sore hari antara pukul 16.00 sampai 20.00, sedangkan hari Minggu atau hari libur tidak melayani. Ada tambahan keterangan dibawahnya: Dimohon untuk selalu menunjukkan kartu BPJS sebelum dilayani.

Kesannya, pasien BPJS itu seperti kelas dua, tapi pemikiran ini tidak sepenuhnya benar. Karena si dokter memang perlu memastikan bahwa pasien BPJS yang berobat berhak mendapat pelayanan, dengan cara mengecek data kartu BPJSnya di komputer yang terpasang dimeja prakteknya.

Mengapa? Karena bisa jadi si pasien belum memenuhi kewajibannya membayar iuran BPJS secara rutin setiap bulan, atau ada tunggakan yang belum diselesaikan. Sehingga dikategorikan tidak berhak mendapat layanan kesehatan BPJS.

Karena saya ingin periksa mata, dan dokternya adalah dokter umum, maka saya hanya mendapat surat rujukan untuk berobat ke RS yang memiliki poli Mata. Singkat kata. dengan bekal surat rujukan inilah saya kemudian pergi ke RS untuk periksa mata.

Surat rujukan dari dokter ini berlaku 1 bulan untuk penyakit akut, 3 bulan untuk penyakit kronis.

Oya, sebelum lanjut, saya perlu jelaskan saya sengaja memilih Hari Jumat untuk berobat ke RS. Pertimbangan saya Jumat adalah hari kerja pendek, diperkirakan jumlah pasien yang berobat juga sedikit. Paling tidak, tidak sebanyak hari kerja lain. Di RS ini jadwal berobat pasien BPJS adalah dari Hari Senin sampai Hari Jumat. Ternyata perhitungan saya benar. Pasiennya tidak membludak.

Sekitar pukul 8.10 WIB saya sudah sampai di Rumah Sakit. Saya langsung menuju tempat informasi dan menyampaikan tujuan untuk berobat sebagai pasien BPJS. Saya diarahkan pun diarahkan ke BPJS Center untuk melakukan pendaftaran.

Di BPJS Center bersamaan dengan hanya saya hanya ada 4 orang yang antri. Setelah mengambil nomer antrian untuk menunggu giliran dilayani petugas jasa, sayapun menyiapkan copy berkas rujukan dokter, KTP, dan kartu BPJS.

Jadi kalau Anda berobat ke RS sebagai pasien BPJS Kesehatan sebaiknya tidak lupa membawa foto copy KTP dan kartu BPJS masing-masing 2 lembar. Sedangkan kalau sebagai pasien Jamkesmas/KIS ternyata berkas yang harus disiapkan lebih banyak lagi.

Sekitar 10 menit menunggu, saya pun mendapat giliran. Karena ini adalah untuk pertama kali saya berobat di RS tersebut, saya pun dibuatkan kartu kunjungan. Dari ruang BPJS Center ini saya keluar sambil membawa surat pengantar ke bagian administrasi RS tersebut untuk daftar berobat.

Di tempat pendaftaran pasien ini yang antri cukup banyak, karena bercampur antara pasien umum dan pasien BPJS. Sayapun mengambil nomor antrian. Di meja pendaftaran ada 2 kelompok kartu A dan B. Karena saya mau periksa mata, maka saya mengambil kartu antrian A dan mendapat nomor 21.

Saat itu kebetulan sudah urutan nomor 18 untuk pasien kelompok A. Jadi saya tidak terlalu lama menunggu giliran dipanggil untuk pendaftaran berobat. Petugas administrasi menanyakan keluhan pasien, lalu dibuatkan kartu antrian ke poli mata. Saya dapat nomor 4, dalam hati saya, wah bakalan cepet nih. Ternyata saya salah .....

Selanjutnya saya lalu menuju Ruang Poli Mata yang tempatnya bersebelahan dengan Poli Kandungan.

Pagi itu yang berobat tidak banyak. Jumlah pasien di ruang tunggu ada 15 orang, tapi tidak semuanya berobat, sebagian hanya menemani anggota keluarga yang berobat.

Setelah menunggu sekitar 30 menit, belum ada pasien yang keluar dari poli mata maupun poli kandungan. Pikir saya, lama sekali periksa satu pasien. Saya mengira dokternya sudah ada di dalam ruang poli sedang memeriksa pasien, ternyata dokternya malah belum datang.

Pukul 9.15 dokter kandungan baru datang, sedangkan dokter mata baru muncul setelah pukul 10.05. Proses pemeriksaan berlangsung relatif cepat, perkiraan saya tak lebih dari 5 menit saja setiap pasien. Mula-mula saya dites huruf oleh asisten dokter, dari yang besar sampai yang kecil melalui sebuah HP. Selanjutnya sang dokter mengambil alih dengan memasangkan sebuah alat berbentuk kacamata tapi dari logam yang bisa dipasangkan berbagai ukuran lensa kacamata sampai cocok dengan kondisi mata kita. Ternyata mata saya sudah plus 2.25, naik dari pemeriksaan beberapa tahun sebelumnya, yaitu 1.75.

Keluar dari poli mata, saya menuju apotik di bagian depan rumah sakit untuk mengambil obat yang diresepkan dokter. Proses menunggu giliran dapat obat ternyata lumayan lama, karena di apotik ini yang antri semua pasien yang berobat hari itu.
Menunggu obat di apotik rumah sakit.
Hampir satu jam menunggu, akhirnya obat untuk mata saya pun kelar. Saya mendapat satu botol obat tetes mata Cenfresh dan vitamin untuk mata Cendoberry sebanyak 4 buah. Jumlah obat ini mungkin kurang memadai, tapi setidaknya saya bisa membeli lagi di apotik jika nantinya masih membutuhkan.


Urusan selesai? Belum. Masih harus kembali ke BPJS Center untuk mendapatkan stempel sebagai pengantar beli kacamata di toko optik. Di tahap ini dilakukan proses verifikasi ke kantor BPJS Kabupaten. Sekitar 20 menit menunggu 'surat sakti' dari BPJS untuk pembelian kacamata pun keluar. Tepat pukul 11.50 saya pulang dari rumah sakit.

Sebagai pasien kelas 1, saya mendapatkan plafon pembelian kacamata sebesar Rp 300 ribu. Kita bisa memilih toko optik di kota setempat yang sudah bekerjasama dengan BPJS. Jika harga kacamata dan lensanya yang kita ambil harganya lebih dari plafon tersebut, misalnya Rp 500 ribu, maka kita tinggal menambahkan Rp 200 ribu sebagai kekurangannya.
Hasil berobat di rumahsakit dengan kartu BPJS
Kebetulan didekat rumah saya ada toko optik, sehingga dari rumah sakit saya tinggal menyeberang jalan saja. Dari konsultasi dengan mas penjaganya, saya dapat gambaran tentang jenis-jenis kacamata yang sesuai dengan kebutuhan saya. Intinya saya bisa memilih antara kacamata khusus baca atau kacamata progresif yang bisa digunakan untuk membaca atau dipakai sehari-hari.

Karena saya tidak ingin memakai kacamata setiap saat, maka saya pun memutuskan mengambil kacamata khusus baca. Meskipun telah dites di rumah sakit, saya minta dites lagi dengan alat di toko optik tersebut. Tujuannya, saya ingin memastikan kesesuaian antara hasil di rumah sakit dengan di toko. Ternyata, hasilnya sama. Kacamata yang paling sesuai dengan kondisi mata saya adalah plus 2.25.

Selanjutnya memilih frame kacamata. Karena fungsinya untuk baca yang nyaman, saya pun memilih yang ukuran framenya cukup besar dan saya tidak tergoda untuk membeli frame yang mahal. Setelah mencoba berbagai macam frame, saya pun memilih yang saya anggap paling cocok.

Untuk lensa kacamatanya, si mas menawarkan yang terbuat dari mika atau dari beling. Perbedaannya, kalau mika lebih ringan. Tanpa pikir lama, saya pilih lensa kacamata dari mika yang lebih ringan, dengan pertimbangan lebih nyaman dipakai untuk membaca dalam waktu beberapa jam.

Harga yang dikenakan untuk kacamata pilihannya saya adalah Rp 375 ribu, tapi oleh si mas dibulatkan jadi Rp 300 ribu, entah dapat diskon beneran atau pura-pura saja, buat saya tidak soal. Yang jelas dengan periksa dan berobat dengan kartu BPJS untuk mendapatkan kacamata itu saya tidak membayar tambahan.
Kacamata dari BPJS Kesehatan.
Kacamata BPJS saya.

Pengalaman berobat ke rumah sakit dengan kartu BPJS, secara keseluruhan saya melihat dan merasakan bahwa pelayanan dari staf rumah sakit baik, ramah dan pelayanannya terbilang cepat. Saya kira kalau ada pendapat bahwa berobat dengan kartu BPJS tidak dilayani baik dan prosesnya lama, tidak seluruhnya tepat.

Banyak orang yang meskipun sudah memiliki kartu BPJS, tapi enggan menggunakannya dengan berbagai alasan yang kadang tidak tepat. Mereka mendengar dari orang lain bahwa berobat sebagai pasien BPJS berbeda perlakuannya, salah satunya antri lama. Padahal kalau kita berobat ke dokter praktek pribadi pun, seringkali harus antri berjam-jam juga dan bayar mahal lagi.

Kalau kita berobat ke rumah sakit, baik sebagai pasien BPJS maupun pasien nonBPJS, prosesnya akan sama. Sama-sama harus antri daftar, antri dilayani dokter dan antri nebus obat di apotiknya. Bedanya, tentu sebagai pasien umum Anda membayar lebih mahal, baik untuk biaya dokter maupun biaya obat. Pasien umum biasanya akan mendapat obat yang lebih banyak, beda dengan pasien BPJS yang sudah ada plafonnya.

Tips Bagi Yang Akan Berobat ke Rumah Sakit Sebagai Pasien BPJS


- Siapkan berkas secara lengkap, yaitu surat rujukan dari dokter/puskesmas di Faskes Pertama, fotocopy KTP dan kartu BPJS masing-masing 2 lembar.
- Sebaiknya datang ke rumah sakit pagi hari, sekitar pukul 08.00. Atau Anda bisa menggunakan strategi saya berobat pada hari Jumat dengan pertimbangan jumlah pasiennya tidak sebanyak hari lainnya.
- Sebaiknya Anda sudah sarapan dari rumah.
- Jika pengobatan Anda membutuhkan tes laboratorium sebaiknya ditanyakan pada dokter rujukan, apakah Anda perlu puasa dulu sebelum menjalani tes laboratorium. Jangan sampai ditolak gara-gara Anda tidak berpuasa, padahal seharusnya puasa dulu.

Posting Komentar untuk "Pengalaman Berobat Ke Rumah Sakit Dengan Kartu BPJS Untuk Periksa Mata"