Mengenal Tradisi Riyoyo Kupat Atau Lebaran Ketupat Khas Indonesia


Tradisi Riyoyo Kupat - Di Indonesia, hari raya lebaran Idul Fitri identik dengan hidangan ketupat. Tradisi menghidangkan ketupat ini diperkirakan berasal dari saat Islam masuk ke tanah Jawa. Masyarakat Jawa mempercayai Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan ketupat.

  Tradisi Lebaran Ketupat. 


Dalam Islam, hanya ada dua hari raya, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Namun selain kedua hari raya tersebut, di Indonesia dikenal juga hari raya Ketupat. 

Tradisi hari raya Ketupat ini banyak dilakukan di beberapa daerah di Indonesia. Di Jawa, tradisi ini sering disebut "Riyoyo Kupat" atau lebaran ketupat. Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan tradisi ini membudayakan 2 kali "bakda", yaitu bakda Lebaran dan bakda Kupat. 

Sesuai dengan sunnah nabi, setelah memperingati Idul Fitri, umat Islam disunnahkan puasa selama 6 hari - sering disebut puasa kecil - yang bagi umat Islam di Indonesia kemudian diperingati sebagai bakda kupat atau dikenal sebagai Lebaran Ketupat yang biasa disebut sebagai "hari raya kecil". 

Dengan tradisi bakda Kupat, keinginan Sunan Kalijaga saat itu sebenarnya adalah bersyukur setelah diberi kekuatan dan kesempatan untuk mengamalkan hadist Rasulullah yang mengatakan "Barang siapa yang berpuasa enam hari di bulan Syawal maka dia seperti berpuasa satu tahun". 

Pada saat itu sajian ketupat (kupat) bagi sebagian orang Jawa dan di beberapa negara Asia masih disakralkan. Sunan Kalijogo berupaya menggeser kesakralan ketupat tersebut dangan cara yang sangat asimilatif. Beliau tidak menolak tradisi tersebut bahkan mendorong tradisi tersebut berkembang, namun dengan merubah niat dan maknanya. 

Yang sebelumnya Ketupat adalah hal sakral, Sunan Kalijaga mengubahnya menjadi ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT setelah berpuasa 6 hari di bulan Syawal.

Filosofi Ketupat 


Mengapa Sunan Kalijaga memilih Ketupat sebagai ungkapan syukur dengan membuat dan membagikannya? Ketupat ternyata memiliki simbol dan dan makna yang dalam. 

Dalam filosofi Jawa, kata "ketupat" atau "kupat" berasal dari kata bahasa Jawa "ngaku lepat" dan "Laku Papat". 

Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Laku papat artinya empat tindakan. 

Ngaku Lepat 

yang berarti "mengakui kesalahan". Sehingga dengan ketupat sesama muslim diharapkan mengakui kesalahan dan saling memaafkan serta melupakan kesalahan dengan cara memakan ketupat tersebut. 

Di dalam tradisi Jawa, bentuk "ngaku lepat" adalah  berbentuk tradisi "Sungkeman". Prosesi "sungkeman" yakni bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun, dan ini masih membudaya hingga kini. 

"Sungkeman" mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain, khususnya orang tua, ulama atau yang dituakan. 

Laku Papat 

Laku papat artinya empat tindakan dalam perayaan Lebaran. Empat tindakan tersebut adalah: Lebaran; Luberan; Leburan; dan Laburan. 

Lebaran bermakna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar. 

Luberan bermakna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin. Pengeluaran zakat fitrah menjelang lebaran pun selain menjadi ritual yang wajib dilakukan umat Islam, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia. 

Leburan maknanya adalah habis dan melebur. Maksudnya pada momen lebaran, dosa dan kesalahan kita akan melebur habis karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain. 

Sedangkan Laburan berasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain. 

Dalam tradisi Lebaran Ketupat yang dimulai seminggu sesudah lebaran itu hampir semua rumah di tanah Jawa saat itu membuat anyaman ketupat dari daun kelapa muda. Kemudian anyaman ketupat tersebut diisi dengan beras dan dimasak. 

Di daerah pedesaan, ketupat masih dibuat sendiri oleh tangan-tangan terampil para ibu dan gadis, namun di daerah perkotaan yang sudah sulit untuk memperoleh janur atau daun kelapa yang masih muda, ketrampilan ini sudah hilang dan masyarakat lebih suka membeli selongsong ketupat di pasar atau bahkan membeli dalam bentuk ketupat yang sudah masak. 

Bersama penganan lainnya, Ketupat tersebut lalu disedekahkan ke kerabat, sebagai simbol permohonan maaf dan silaturrahmi. 

Banyak makna filosofis yang dikandung dalam makanan ketupat ini. 

Bungkus yang dibuat dari janur kuning melambangkan penolak bala bagi orang Jawa. Sedangkan bentuk segi empat mencerminkan prinsip  "kiblat papat lima pancer", yang bermakna bahwa ke mana pun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah. 

Sebagian masyarakat juga memaknai rumitnya anyaman bungkus ketupat mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia, sedangkan warna putih ketupat ketika dibelah dua mencerminkan kebersihan dan kesucian setelah mohon ampun dari kesalahan. Beras sebagai isi ketupat diharapkan menjadi lambang kemakmuran setelah hari raya. 

Biasanya, ketupat disajikan bersama opor ayam dan sambal goreng. Ini pun ternyata ada makna filosofisnya. 

Opor ayam menggunakan santan sebagai salah satu bahannya. Santan, dalam bahasa Jawa disebut dengan santen yang mempunya makna "pangapunten" alias memohon maaf. 

Pada masa lalu, terdapat tradisi unik yang berbau mistis, namun kini sudah jarang ditemukan. Yaitu Ketupat dianggap sebagai penolak bala, dengan cara menggantungkan ketupat yang sudah matang di atas kusen pintu depan rumah, biasanya bersama pisang, dalam jangka waktu berhari-hari, bahkan berulan-bulan sampai kering. 

Di Jawa Timur, lebaran ketupat disebut riyadi (/riyoyo) kupat atau kupatan. Konon, ketupat (kupat), berasal dari kata "kelepatan" (bahasa Jawa), artinya kesalahan. Kupat berarti simbol terhapusnya kesalahan dan dosa dari hamba yang telah merampungkan puasa 30/29 hari bulan Ramadhan dan 6 hari bulan Syawal, dibarengi dengan saling halal bi halal, saling menghalalkan kealpaan antar sesama. 

Selain ketupat, ada pula "lepet", berasal dari bahasa Jawa berarti salah. Lepet adalah makanan terbuat dari ketan, diberi santan dan dicampur kacang hijau/tunggak. Lepet adalah simbol, kelepatan (kesalahan) dimaafkan dan terhapus dengan lebaran. 

Selain ketupat, ada pula "lepet", berasal dari bahasa Jawa berarti salah. Lepet adalah makanan terbuat dari ketan, diberi santan dan dicampur kacang hijau/tunggak. Lepet adalah simbol, kelepatan (kesalahan) dimaafkan dan terhapus dengan lebaran. 

Bentuk-bentuk Ketupat 

Umumnya ketupat berbentuk wajik, yaitu segi empat agak lonjong, simetris. Namun ternyata ada banyak bentuk lain ketupat. Ada yang berbentuk persegi panjang, mirip mulut bebek hingga seperti untaian rambut dikepang dua.

Prof. Dr. Florentinus Gregorius Winarno, seorang pakar ilmu teknologi pangan yang dikenal dengan nama F.G. Winarno, mendokumentasikan 12 bentuk-bentuk ketupat asli Indonesia dalam sebuah handout sederhana berjudul 'Tumpeng Offering'. 

Berikut ini 12 bentuk ketupat tersebut :

1. Ketupat tumpeng 

Ketupat tumpeng bentuknya mengerucut serta dasar melebar. Helai janur menjuntai di bagian yang runcing.
Bentuk ketupat


2. Ketupat Jago

Berasal dari Sudimoro Kudus, dibuat dari 8 helai janur. Cirinya berbentuk segitiga sama kaki dengan ujung menjuntai di kanan kiri. Helaian janur di bagian atasnya lalu diikat.

Ketupat jago ini digunakan untuk hajatan anak empat bulanan, dimana diharapkan bila bayinya laki-laki, nantinya akan menjadi seorang yang jago dengan watak ksatria dan mempunyai kedudukan tinggi.



3. Ketupat Bata

Ketupat Bata atau dengan nama lain adalah ketupat luwar, ketupat ini digunakan untuk menyimbolkan tercapainya keinginan serta digunakan untuk mengharapkan jabang bayi dapat lahir dengan mudah dan selamat. Ketupat ini terdari dua helai janur dan berbentuk persegi panjang layaknya bata. Satu helaian berada di satu sudut, sementara helaian satu lagi keluar di seberang sudut tadi.

4. Ketupat Bagea

Ketupat ini berbentuk hampir bundar dengan janur menjuntai di bagian atas. Dengan Anyamannya saling menyilang, mirip dengan kue bagea atau mirip kuntum bunga.



5. Ketupat Pendawa

Ketupat ini berbentuk segitiga dengan ujung berupa dua helai janur yang dikepang. Kelihatannya seperti rambut yang dikepang dua.



6. Ketupat Sidalungguh

Cirinya punya 3 helai janur yang dikeluarkan dari sisiannya, bentuknya mungil. Biasanya dihadirkan dalam syukuran empat bulanan sebagai simbol ditiupkanya ruh ke dalam kandungan. Sang jabang bayi lalu diberi kedudukan (sida lungguh) sebagai manusia kecil.



7. Ketupat Geleng

Ketupat geleng ini mempunyai bentuk persegi panjang seperti ketupat bata, namun tanpa helaian janur yang menjuntai keluar.



8. Ketupat Sari

Ketupat sari ini berbentuk segitiga sama sisi namun lebih kecil daripada ketupat jago. Dengan cirri ada helaian keluar di sudut kanan dan kiri.



9. Ketupat Debleng (sintok)

Ketupat ini menyimbolkan wanita cantik dan berbudi luhur, sesuai dengan harapan anak perempuan yang akan lahir. Ilustrasi ketupat dengan bentuk belah ketupat sebenarnya meniru ketupat debleng, sinta, atau sintok. Ujung janurnya keluar di dua sudut yang berseberangan. Ketupat ini dibuat menggunakan empat helai janur.



10. Ketupat Sidapurna

Ketupat ini berbentuk seperti huruf P terbalik atau kipas sate dengan hiasan lipatan janur mirip pita di salah satu sudutnya. Sudut yang bawahpun dilipat sebagai hiasan.


11. Ketupat Bebek

Ketupat bebek merupakan ketupat yang berukuran kecil dengan bagian bawahnya sedikit membulat, sementara ujungnya dibiarkan agak panjang dan miring ke atas mirip mulut bebek.


12. Ketupat gatep

Ketupat gatep ini bentuknya mirip ketupat bebek, namun bentuknya lebih mirip huruf "d" kecil. 
  




Itulah keduabelas bentuk ketupat asli Indonesia yang barangkali banyak diantara kita yang belum mengetahuinya. Semoga bermanfaat.

Posting Komentar untuk "Mengenal Tradisi Riyoyo Kupat Atau Lebaran Ketupat Khas Indonesia"