KISAH TIMUN MAS merupakan cerita rakyat yang berasal dari Jawa Tengah. Berikut kisahnya.
Mbok Srini hidup sebatang kara di sebuah desa. Suaminya sudah lama meninggal dan ia tak memiliki anak. Mbok Srini hidup dari berkebun, menanam sayur dan buah.
Setiap hari, dia merasa kesepian dan merindukan kehadiran seorang anak. Dia pun memanjatkan doa siang dan malam, agar bisa dikaruniai seorang anak.
Suatu hari, terdengar bunyi keras di depan pintunya. Saat dibuka, dia menemukan sesosok raksasa menjulang di hadapannya. Mbok Srini sangat ketakutan.
“Jangan takut, namaku Buto Ijo, aku ke sini tak hendak memakanmu,” ujar si raksasa yang berwarna hijau itu.
“Kudengar kau ingin memiliki anak, ini terimalah.” Buto Ijo memberikan benih timun.
Mbok Srini menerima benih itu dengan tak mengerti. Buto Ijo yang melihat kebingungan itu kembali berkata,
“Tanamlah benih ituSetelah dua minggu timun akan berbuah lebat. Akan ada satu buah yang paling besar dan berwarna emas, di dalamnya kau akan menemukan seorang bayi mungil,” tambahnya, kali ini dengan seringai menakutkan.
Mbok Srini masih diam saja dalam ketakutan. Dia tahu Buto Ijo tak akan memberi kebaikan tanpa meminta sesuatu.
Dan, tebakannya benar karena Buto Ijo kembali berkata, “Rawatlah bayi itu sebaik mungkin. Kelak, jika dia berusia enam tahun kau harus menyerahkannya kepadaku. Anak itu akan menjadi santapan yang sangat lezat.
Mbok Srini tak mengiakan perjanjian itu dia tetap diam saja. Buto Ijo yang tak menyadari itu segera berlalu dari sana.
Setelah Buto Ijo pergi, Mbok Srini segera menanam benih timun itu.
Dia merawat benih itu dengan sungguh-sungguh, dan beberapa hari kemudian muncullah tunas yang lalu berbunga.
Satu per satu bunga-bunga itu pun menjadi buah. Mbok Sirni berdoa dan berharap semoga apa yang dikatakan Buto Ijo benar adanya.
Suatu hari, dia melihat sebuah timun yang agak besar dan berwarna emas. Dia pun memetiknya dengan hati-hati, lalu membawanya ke rumah.
Saat timun itu dibelah, betapa bahagianya Mbok Srini karena di dalamnya ada seorang bayi mungil.
Mbok Srini memberinya nama Timun Emas. Dia sangat menyanyangi Timun emas, Timun emas pun tumbuh menjadi anak baik yang juga sangat sayang pada Mbok Srini.
***
Menjelang usia Timun Emas enam tahun, Mbok Srini teringat ucapan Buto Ijo, itu membuatnya khawatir dan cemas.
Dia takut Buto Ijo datang dan mengambil Timun Emas. Mbok Srini tidak mau itu terjadi.
Mbok Srini pun berdoa dan berdoa, berharap mendapat solusi dari masalahnya.
Suatu hari, Mbok Srini didatangi seorang pertapa berbaju putih yang memberinya empat buah bungkusan kecil. Bungkusan itu berisi biji mentimun, jarum, garam, dan terasi.
“Berikan ini kepada Timun Emas,” ujar pertapa itu sebelum pergi meninggalkan rumah Mbok Srini.
Mbok Srini pun segera memberikan bungkusan-bungkusan itu kepada Timun Emas. Dia memberi tahu perihal Buto Ijo dan menyemangati Timun Emas untuk bisa melawannya.
Timun Emas yang sangat sayang pada Mbok Srini mematuhi ucapan mboknya itu.
***
Buto Ijo pun datang ke rumah Mbok Srini, dia berteriak meminta Timun Emas diserahkan kepadanya. “Mbok, aku datang untuk mengambil Timun Emas,” teriaknya.
Mbok Srini segera menyuruh Timun Emas untuk kabur dari pintu belakang. Setelah Timun Emas pergi, barulah dia menemui Buto Ijo.
“Timun Emas tidak ada di rumah. Dia sudah pergi,” ujar Mbok Srini kepada raksasa di hadapannya.
Mendengar itu, wajah Buto Ijo pun bertambah hijau karena marah. “Jangan bohong!” ujarnya murka, lalu langsung mengobrak-abrik rumah Mbok Srini.
“Hei, Buto Ijo! Aku di sini!” Terdengar suara memanggil dari pinggir hutan. Buto Ijo melihat Timun Emas berteriak dan melambai.
Setelah Timun Emas pergi, barulah dia menemui Buto Ijo.
“Timun Emas tidak ada di rumah. Dia sudah pergi,” ujar Mbok Srini kepada raksasa di hadapannya. Mendengar itu, wajah Buto Ijo pun bertambah hijau karena marah.
“Jangan bohong!” ujarnya murka, lalu langsung mengobrak-abrik rumah Mbok Srini.
“Hei, Buto Ijo! Aku di sini!” Terdengar suara memanggil dari pinggir hutan. Buto Ijo melihat Timun Emas berteriak dan melambai.
Rasa lapar membuat Buto Ijo langsung menyusul Timun Emas. Dengan lincah, Timun Emas menghindar, dia menaburkan isi bungkusan pertama yang berisi biji mentimun.
Lalu, seketika saja biji-biji itu tumbuh dan berbuah amat lebat.
Buto Ijo sangat suka timun, dia pun makan timun yang ada sangat banyak hingga melupakan Timun Emas.
Setelah kenyang barulah dia sadar, Timun Emas sudah hilang dari hadapannya.
Dia bergegas menyusul, lalu melihat Timun Emas sedang berlari menaiki bukit. Tak perlu waktu lama, Buto Ijo sudah hampir menangkap Timun Emas.
“Kau tak akan bisa lari, Timun Emas!” kata Buto Ijo dengan suara yang sangat keras.
Timun Emas mengeluarkan bungkusan yang berisi jarum, lalu menebarkan isinya. Seketika, jarum itu berubah menjadi barisan pohon bambu yang tinggi dan sangat runcing.
Buto Ijo yang memaksa melewarinya menjadi terluka dan berdarah.
“Ini tak akan menghalangiku menangkapmu, Timun Emas,” kata Buto Ijo meski mengeluh kesakitan.
Dia mengeluarkan seluruh tenaganya untuk menghancurkan hutan bambu. Tenaganya yang memang sangat besar membuatnya cukup gampang melalui hutan bambu itu.
Dia pun kembali mengejar Timun Emas.
Timun Emas menoleh ke arah Buto Ijo, jarak mereka tak terlalu jauh, membuatnya segera kembali menaburkan isi bungkusan ketiga, yaitu garam.
Tiba-tiba saja, tanah tempat garam itu disebar berubah menjadi lautan. Lautan yang sangat dalam.
Buto Ijo yang tak menyangka, hampir saja tenggelam. Tenaga raksasa jahat itu mulai habis, susah payah dia berusaha keluar dari air.
Saat dia berhasil keluar, Timun Emas sudah semakin jauh.
Bukan main marahnya Buto Ijo, dia sangat lelah juga lapar. Namun, dia tak mau menyerah.
Dia mengumpulkan tenaga, lalu bergegas mengejar Timun Emas.
Di depan sana, Timun Emas juga sudah kecapaian. Kakinya sudah tak kuat berlari, dia pun memilih beristirahat di bawah sebuah pohon.
“Menyerahlah, Timun Emas, kau tak akan bisa lari ke mana-mana lagi.” Buto Ijo berteriak menakuti Timun Emas.
Timun Emas yang kehabisan tenaga hanya bisa pasrah. Dia mengeluarkan bungkusan terakhir, yaitu yang berisi terasi.
Isi bungkusan itu ia lemparkan ke arah Buto Ijo. Seketika saja, ketika terasi menyentuh tanah, semua tanah berubah menjadi lautan lumpur panas.
Timun Emas melihat Buto Ijo masuk ke dalam lumpur yang ternyata panas itu. Lama-kelamaan, Buto Ijo tenggelam dan meninggal.
Betapa lega hati Timun Emas melihat itu. Kini dia bisa kembali ke rumah dengan hati tenang. Mbok Srini menyambut anak kesayangannya. Mereka pun hidup tanpa ancaman Buto Ijo lagi.
Pesan Moral dari cerita rakyat Kisah Timun Mas :
• Kecerdikan disertai kebaikan akan mengalahkan kejahatan.
• Doa dan tekad yang kuat akan menuntun pada keberhasilan.
Posting Komentar untuk "Kisah Timun Mas, Cerita Rakyat Dari Jawa Tengah"