Sigale-gale adalah boneka kayu yang dibuat untuk membahagiakan Raja Rahat, raja dari salah satu kerajaan di Pulau Samosir.
Alkisah, Raja Rahat memiliki putra tunggal bernama Raja Manggale. Sayangnya, sang putra kesayangan gugur di medan perang dan jasadnya tidak ditemukan.
Demikian cintanya terhadap putera semata wayangnya itu, kesedihan Si Raja Rahat pun tidak terbendung, hingga mengalami jatuh sakit.
Dalam sakitnya itu, tak satupun dukun mampu mengobatinya. Hingga akhirnya, untuk mengobati sakit Si Raja Rahat, sang dukun membuat pesta.
Sebelum pesta berlangsung, sang dukun memahat sebilah kayu yang dibuat patung menyerupai Manggale. Pada saat pesta itulah, patung boneka menyerupai Manggale didandani mirip dengan Manggale, mengenakan pakaian adat Samosir lengkap dengan ulos.
Lalu, sang dukun memanggil arwah Manggale. Disaksikan oleh Si Raja Rahat pula, patung mirip Manggale itu kerasukan arwah, dan diiringi musik gondang, menari tor-tor.
Melihat tor-tor boneka Manggale, Si Raja Rahat pun berubah menjadi riang, dan bergembira ikut menari tor-tor bersama boneka mirip Manggale itu. Berkat patung tersebut, Raja Rahat pulih dari sakitnya.
Sejak saat itu, masyarakat Batak menyebut patung tersebut sebagai Sigale-gale, yang diambil dari nama Manggale.
Di Samosir Sumatera Utara, Si Gale-gale digunakan sebagai pelaksanaan upacara kematian. Tapi sekarang sering ditampilkan di acara-acara yang lain.
Ketika agama Kristen dan Islam masuk ke Sumatera Utara, ke Samosir tepatnya, tradisi Si Gale-gale pun mulai dilarang. Sebab, dianggap sebagai suatu kepercayaan kepada hal gaib dan dapat merusak iman.
Tapi bukan berarti Si Gale-gale dihilangkan begitu saja. Si Gale-gale tetap ada, tapi bukan lagi roh yang menari melainkan diganti dengan tali kendali seperti sekarang ini. Walau kadang katanya, masih ada juga yang dimasuki roh!
Boneka Si Gale-gale tercatat sebagai salah satu warisan budaya kearifan lokal masyarakat Samosir, Sumatera Utara.
Boneka Si Gale-gale yang terbuat dari pahatan kayu, dan dibentuk menyerupai manusia, serta berbusaana adat Sumatera Utara lengkap dengan ulos tersebut, saat ini juga bisa ditemukan di Museum Wayang di Taman Fatahillah, Kawasan Kota Tua Jakarta.
Saat ini tarian Si Gale-gale sudah menjadi bagian dari atraksi wisata yang memiliki daya tarik tersendiri di Pulau Samosir.
Saat ini pertunjukkan Sigale-gale tentu tidak menggunakan roh seperti dimasa lalu. Boneka yang digunakan dalam pertunjukkan, digerakkan menggunakan sistem penggerak mekanis, sehingga boneka bisa menari lincah.
Dalam memainkan Si Gale-gale ini, pemain Si Gale-gale yang disebut Pangurdot, diiringi seperangkat alat musik tradisional yang terdiri dari suling batak, gendang, dan gong. Alat musik ini dimainkan sambil manortor atau menari.
Atraksi tarian Sigale-gale juga dilengkapi dengan 8-10 orang penari yang mengiringinya. Mereka akan menari tor-tor sesuai musik meskipun fokus utama tetap pada patung Sigale-gale.
Pertunjukan tarian mistis ini rupanya masih melekat dalam budaya Batak Toba dan tidak punah tergerus zaman. Hingga kini masih dapat dijumpai sejumlah patung yang dipahat puluhan tahun silam.
Pertunjukkan Sigale-gale bisa disaksikan di Desa Tomok, Samosir, yang hanya berjarak sekitar satu jam menumpang kapal feri dari Parapat.
Demikian cintanya terhadap putera semata wayangnya itu, kesedihan Si Raja Rahat pun tidak terbendung, hingga mengalami jatuh sakit.
Dalam sakitnya itu, tak satupun dukun mampu mengobatinya. Hingga akhirnya, untuk mengobati sakit Si Raja Rahat, sang dukun membuat pesta.
Sebelum pesta berlangsung, sang dukun memahat sebilah kayu yang dibuat patung menyerupai Manggale. Pada saat pesta itulah, patung boneka menyerupai Manggale didandani mirip dengan Manggale, mengenakan pakaian adat Samosir lengkap dengan ulos.
Lalu, sang dukun memanggil arwah Manggale. Disaksikan oleh Si Raja Rahat pula, patung mirip Manggale itu kerasukan arwah, dan diiringi musik gondang, menari tor-tor.
Melihat tor-tor boneka Manggale, Si Raja Rahat pun berubah menjadi riang, dan bergembira ikut menari tor-tor bersama boneka mirip Manggale itu. Berkat patung tersebut, Raja Rahat pulih dari sakitnya.
Sejak saat itu, masyarakat Batak menyebut patung tersebut sebagai Sigale-gale, yang diambil dari nama Manggale.
Di Samosir Sumatera Utara, Si Gale-gale digunakan sebagai pelaksanaan upacara kematian. Tapi sekarang sering ditampilkan di acara-acara yang lain.
Ketika agama Kristen dan Islam masuk ke Sumatera Utara, ke Samosir tepatnya, tradisi Si Gale-gale pun mulai dilarang. Sebab, dianggap sebagai suatu kepercayaan kepada hal gaib dan dapat merusak iman.
Tapi bukan berarti Si Gale-gale dihilangkan begitu saja. Si Gale-gale tetap ada, tapi bukan lagi roh yang menari melainkan diganti dengan tali kendali seperti sekarang ini. Walau kadang katanya, masih ada juga yang dimasuki roh!
Boneka Si Gale-gale tercatat sebagai salah satu warisan budaya kearifan lokal masyarakat Samosir, Sumatera Utara.
Boneka Si Gale-gale yang terbuat dari pahatan kayu, dan dibentuk menyerupai manusia, serta berbusaana adat Sumatera Utara lengkap dengan ulos tersebut, saat ini juga bisa ditemukan di Museum Wayang di Taman Fatahillah, Kawasan Kota Tua Jakarta.
Saat ini tarian Si Gale-gale sudah menjadi bagian dari atraksi wisata yang memiliki daya tarik tersendiri di Pulau Samosir.
Saat ini pertunjukkan Sigale-gale tentu tidak menggunakan roh seperti dimasa lalu. Boneka yang digunakan dalam pertunjukkan, digerakkan menggunakan sistem penggerak mekanis, sehingga boneka bisa menari lincah.
Dalam memainkan Si Gale-gale ini, pemain Si Gale-gale yang disebut Pangurdot, diiringi seperangkat alat musik tradisional yang terdiri dari suling batak, gendang, dan gong. Alat musik ini dimainkan sambil manortor atau menari.
Atraksi tarian Sigale-gale juga dilengkapi dengan 8-10 orang penari yang mengiringinya. Mereka akan menari tor-tor sesuai musik meskipun fokus utama tetap pada patung Sigale-gale.
Pertunjukan tarian mistis ini rupanya masih melekat dalam budaya Batak Toba dan tidak punah tergerus zaman. Hingga kini masih dapat dijumpai sejumlah patung yang dipahat puluhan tahun silam.
Pertunjukkan Sigale-gale bisa disaksikan di Desa Tomok, Samosir, yang hanya berjarak sekitar satu jam menumpang kapal feri dari Parapat.
Itulah cerita tentang Si Gale-Gale, patung mistis yang bisa menari di Pulau Samosir yang merupakan legenda dari budaya Batak Toba yang masih dipercaya sampai sekarang.
Posting Komentar untuk "Legenda Si Gale-gale, Patung Mistis Yang Bisa Menari di Pulau Samosir"