Ada Apa Dibalik Hari Janda Internasional 23 Juni ?


23 Juni Hari Janda Internasional
23 Juni diperingati sebagai Hari Janda Internasional 

23 Juni Hari Janda Internasional. Latar belakang sejarah di balik hari janda internasional.

Setiap tanggal 23 Juni diperingati sebagai Hari Janda Internasional atau International Widows Day.

Hari Janda Internasional ini pertama kali dideklarasikan oleh PBB pada tahun 2010 yang lalu.

Secara umum, janda mempunyai stigma yang kurang baik di Indonesia, bahkan cenderung negatif. Masih ada anggapan miring masyarakat terhadap perempuan yang berstatus janda. 

Bahkan di berbagai negara stigma buruk tentang janda bisa berakhir dengan nasib buruk, dikucilkan dan mengalami kekerasan.

Fakta ini sejalan dengan penelitian dari HelpAge International yang mendapat temuan bahwa ratusan wanita (yang kebanyakan janda) dibunuh karena diduga sebagai penyihir di Tanzania.

Status janda membuat para perempuan yang telah bercerai dengan suaminya ini mengalami tekanan sosial dan perlakuan diskriminasi. Tentu ini berbeda dengan laki-laki yang telah bercerai.

Dalam kehidupan bersosial, janda sering tidak kasatmata. Hal tersebut karena status sosial perempuan masih terikat erat dengan status sosial suaminya. Sehingga, ketika suami perempuan tersebut meninggal, perempuan seperti tidak memiliki tempat di dalam masyarakat. 

Untuk mendapatkan status sosialnya kembali di masyarakat, janda harus bergantung kepada laki-laki untuk menjadi suami mereka. Tidak hanya itu, janda juga sering mendapat penolakan atas warisan, termasuk hak atas tanah, dari keluarga suami. 

Padahal ketika seseorang menyandang status janda, ada banyak tantangan yang harus dilalui. 




Selain pandangan sinis dari masyarakat, jika perempuan dengan status janda tersebut telah memiliki anak atau ibu tunggal, maka banyak peran pun harus dilakukan dalam sekali waktu.

Peran tersebut adalah sebagai pencari nafkah utama, ibu, sekaligus kepala keluarga. Hal ini tentu bukan masalah yang mudah, apalagi jika sebelumnya hanya pihak suami yang membiayai kehidupan rumah tangga.

PBB mengatakan bahwa berjuta-juta janda di seluruh dunia mengalami krisis kemiskinan, kekerasan, tunawisma, kesehatan, hingga diskriminasi dalam hukum dan adat. Bahkan terdapat impunitas terhadap pelaksanaan hak-hak janda, sehingga hanya sedikit pelaku kekerasan kepada janda yang dapat dibawa ke pengadilan. 

PBB menegaskan bahwa di negara-negara yang memiliki perlindungan hukum inklusif sekalipun, masih terdapat marginalisasi sosial yang dialami oleh para janda.

Selain di Tanzia, di Afrika dan Asia, janda sering menjadi korban kekerasan fisik dan mental. Dengan tidak adanya hak kepemilikan harta atas suaminya, janda dapat mengalami kekerasan dan pengusiran. 

Di Afrika, pelecehan kepada janda tidak melihat etnis, kelas, dan pendapatan, menimbulkan janda menjadi perempuan yang paling rentan dan miskin di daerah tersebut. Pada upacara adat, janda dipaksa meminum air mandi jenazah suami mereka. Serta, janda dipaksa untuk berhubungan seksual dengan kerabat laki-laki, mencukur rambut, dan lainnya.

Latar Belakang Hari Janda Internasional


Berdasarkan buku Invisible, Forgotten Sufferers: The Plight of Widows Around the World, ada sekitar 245 janda di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 115 juta hidup dalam garis kemiskinan. 

Karena itu Hari Janda Internasional dijadikan momen untuk meningkatkan dukungan kepada para janda di seluruh dunia, terutama untuk meningkatkan kesetaraan gender dan pemenuhan hak-haknya.

Hari Janda Internasional berawal dari inisiatif  sebuah organisasi di India, The Loomba foundation, yang memang fokus menangani berbagai isu soal janda. 

Arsip Lain:


Yayasan ini didirikan Raj Loomba dan sang istri untuk memberikan fokus pada janda dan anak-anak mereka, juga untuk mengubah kultur yang selama ini mendiskriminasi mereka. Raj sendiri terinspirasi dari semangat sang ibu, Shrimati Pushpa Wati Loomba.

Shrimati Pushpa Wati Loomba


Meski sudah ditinggal suami, Pushpa Wati mampu berjuang hingga Raj dan saudara-saudaranya memperoleh pendidikan terbaik. Dia beruntung, sang ayah juga meninggalkan warisan sehingga kebutuhan serta biaya pendidikan terpenuhi. 

Raj sadar, kalau ia anak dari janda miskin, bisa dipastikan ia tidak akan mengenyam pendidikan bahkan untuk makan saja akan sulit.




"Saya akan tumbuh buta huruf, mungkin narik becak di beberapa kota pinggiran di Punjab," kata Raj dikutip dari laman resmi The Loomba Foundation.

International Widow Day diluncurkan pada 26 Mei 2005 di House of Lords, London. 

Peluncuran ini pun diikuti kampanye global selama 5 tahun. Pada Sidang Umum PBB, Desember 2010, International Widow Day pun diresmikan sebagai peringatan yang dirayakan secara global.

Mereka memilih tanggal 23 Juni karena ibu dari founder organisasi ini, Shrimati Pushpa Wati Loomba  menjadi janda pada tanggal tersebut di usia ke 37, setelah suaminya meninggal karena tuberkulosis.

Hari Janda Internasional memang belum sepopuler peringatan hari-hari yang fokus pada isu perempuan. Misalnya hari ibu, hari perempuan. Namun dibalik Hari Janda Internasional 23 Juni terdapat upaya mencapai hak dan pengakuan penuh untuk janda dari pengabaian dan marginalisasi.

Posting Komentar untuk "Ada Apa Dibalik Hari Janda Internasional 23 Juni ?"