Waruga, Taman Kubur Batu Di Minahasa

Taman Waruga di Minahasa - Sobat traveler yang berkunjung ke Sulawesi Utara, jangan cuma terpukau dengan Bunaken atau Boulevard, ayo sempatkan datang ke Taman Waruga, Sawangan. Apa itu? Meskipun namanya taman, tapi sebenarnya ini adalah makam para leluhur orang Minahasa! Hii!
Taman makam purbakala Waruga Sawangan, Minahasa.
Kubur batu di Minahasa (sumber : Jitunews.com)
Jangan takut dulu, meskipun kuburan, namun suasananya berbeda dengan lokasinya kuburan pada umumnya. Bagi masyarakat Minahasa tempo dulu kematian dimaknai seperti ular berganti kulit, yaitu berubah dari kehidupan nyata untuk masuk ke dalam alam roh. Untuk membantu proses perubahan itu, seseorang yang telah meninggal akan dibuatkan rumah berupa peti kubur batu berukuran 2x2 meter dengan tinggi sekitar 2 meter. Masyarakat Minahasa menyebutnya dengan Waruga.

Jadi Waruga adalah kuburan atau makam leluhur orang Minahasa yang terbuat dari batu dan terdiri dari dua bagian, yaitu bagian atas dan bagian bawah.

Bagian atas atau penutup waruga berbentuk berbentuk seperti segitiga, atap rumah. Atap waruga selalu mempunyai ukiran yang berbeda-beda. Ukiran atau pahatan yang ada pada atap waruga menunjukkan status sosial dan profesi jenazah seseorang yang ada di dalamnya.

Sedangkan bagian bawah waruga pada umumnya sama, berbentuk kotak yang mempunyai rongga (ruang) seperti bak mandi. Karena ruangnya sempit maka jasad dimasukkan ke dalam waruga seperti orang duduk meringkuk, layaknya bayi dalam rahim ibunya. Hal ini berkaitan dengan keyakinan masyarakat Minahasa bahwa orang yang sudah meninggal akan kembali ke posisi dimana saat dia di dalam kandungan, yaitu dalam posisi jongkok.

IDENTITAS WARUGA
Tidak semua orang dikubur dalam Waruga, tetapi hanya orang-orang yang mempunyai kelas sosial cukup tinggi saja. Identitas orang yang dikubur dalam Waruga ditandai lewat ukiran yang ada di penutupnya.
Motif ukuran pada waruga menentukan identitas orang yang dikubur
(sumber : Liputan6.com (kiri), Kompasiana.com/yustinus_sapto (kanan))
Motif wanita beranak menunjukkan yang dikubur adalah dukun beranak, gambar binatang menunjukkan yang dikubur dalam Waruga adalah pemburu. Penutup yang diukir gambar beberapa orang menunjukkan yang dikubur adalah satu keluarga. Jumlah orang yang dikubur dalam waruga ditandai dengan ukiran berupa garis di samping penutup Waruga. Sementara cungkup atau penutup yang polos kemungkinan merupakan Waruga tertua saat itu belum ada kebiasaan mengukir atau memahat penutup Waruga.

Berdasarkan catatan sejarah, Waruga mulai digunakan oleh orang Minahasa pada abad ke IX. Namun sekitar tahun 1860, kebiasaan mengubur dalam Waruga mulai dilarang oleh Belanda. Saat itu mulai berkembang wabah pes, tipus dan kolera, sehingga ada kekuatiran bila orang yang dikubur membawa penyakit akan menyebar melalui rembesan dari celah kotak maupun cungkup Waruga. Sejak saat itu masyarakat Minahasa seiring dengan perkembangan agama Kristen, mulai menguburkan jasad dalam peti mati yang ditanam dalam tanah. Dan perlahan-lahan Waruga dibiarkan begitu saja tidak terurus

Menjelang tahun 2000-an, Waruga-Waruga yang terbiar ini menarik perhatian pemburu harta karun dan kolektor benda bersejarah. Waruga diacak-acak, tutupnya dibuka untuk mencari benda berharga yang tersisa di dalam Waruga. Konon ketika jasad dimasukkan dalam Waruga akan disertakan pula benda-beda berharga seperti piring keramik, gelang dan benda tajam (pisau). Bukan hanya isinya, namun juga banyak Waruga hilang, konon batu-batu Waruga itu dipakai sebagai hiasan di taman rumah-rumah orang kaya.
Benda-benda yang dimasukkan dalam waruga (sumber : Kompasiana.com/yustinus_sapto)
TAMAN MAKAM PURBAKALA WARUGA SAWANGAN
Usaha untuk menyelamatkan Waruga yang paling ‘sukses’ adalah di desa Sawangan, Kecamatan Air Madidi, Kabupaten Minahasa Utara. Konon begitu dilarang oleh Belanda, Hukum Tua (Kepala Desa) memerintahkan warganya untuk mengumpulkan Waruga yang tersebar diberbagai tempat itu ke satu lokasi di pinggiran desa.

Dari jumlah Waruga yang ada di Minahasa yang diperkirakan hanya ada sekitar 1.700 sampai dengan 2.000 buah, ada 144 waruga yang berhasil dikumpulkan di Sawangan dan di bagian bawah taman airmadidi yang berjarak tiga kilometer dari makam Sawangan.

Setelah mengalami pemugaran untuk penataan ulang pada tahun 1977, di lokasi waruga seluas sekitar 500 meter persegi kemudian menjadi situs Taman Makam Purbakala Waruga Sawangan dan diresmikan pada tahun 1978 oleh Daoed Joesoef, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI pada saat itu. Saat ini Taman Waruga Sawangan telah berkembang menjadi salah satu kawasan cagar budaya dan lokasi wisata sejarah di Sulawesi Utara. Pada bagian pintu masuk Taman Makam Purbakala ini dibagian kiri dan kanan tembok terdapat relief buatan yang menggambarkan prosesi pemakaman dengan menggunakan waruga.

Ditempat ini ada satu waruga dengan ukuran yang sangat besar, yang diperkirakan adalah kuburan Opo Wagiu bergelar Timani Oeng Koemelemboeai, yang dalam bahasa Tonsea berarti penemu kampung yang memancarkan air dari dalam tanah yang kemudian disebut Airmadidi. Warga setempat percaya, Opo Wagiu adalah salah seorang dari sembilan dotu.

Selain kompleks makam waruga yang tertata rapi, tak jauh dari Taman Waruga ini juga telah dibangun oleh  pemerintah setempat sebuah museum dengan arsitektur rumah panggung Minahasa. Museum ini  berisi benda-benda purbakala yang pernah terdapat didalam waruga. Barang-barang tersebut diantaranya adalah parang, aksesoris seperti gelang dan kalung serta alat-alat makan, minum yang terbuat dari keramik.

Museum ini juga memamerkan foto-foto dari para kepala negara yang pernah berkunjung ke tempat ini seperti Ratu Jualiana dan Pangeran Bernard, serta Ratu Beatrix dari Belanda dan banyak lagi.
Taman kubur batu Waruga.
Taman kubur batu Waruga (sumber : Kompasiana.com/yustinus_sapto)
Jika sobat traveler merupakan salah satu orang yang tidak selalu menyukai tempat wisata mainstream, maka Taman Makam Purbakala Sawangan ini dapat menjadi sebuah lokasi wisata alternatif di kota Manado, selain dari Taman Nasional Laut Bunaken dan beberapa objek wisata lainnya.

Lokasi situs Makam Purbakala Waruga Sawangan di Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara ini berjarak sekitar 30 kilometer dari kota Manado dan membutuhkan waktu sekitar satu jam dengan menggunakan transportasi roda empat untuk sampai di tempat ini.
 

1 komentar untuk "Waruga, Taman Kubur Batu Di Minahasa"

  1. makasih info nya, sukses selalu min ...
    nitip yah min
    Yang di daerah manado sulawesi utara, bisa bikin kaos custom di kita loh, agar kegiatannya dapat di dokumentasikan lebih baik dengan kaos custom yang di buat di kami. kami berdomisili di manado
    Silahkan langsung kunjungi web kami di
    www.kawanooashop.com
    atau bisa follow IG kami di
    @kawanooa

    Terima Kasih

    BalasHapus