Mengenal Sejarah Dan Makna Hari Raya Waisak Atau Waisaka Bagi Umat Buddha

sejarah dan makna hari raya Waisak
Perayaan Waisak di Candiborobudur (via Beritagar.id)


Waisak atau Waisaka merupakan hari raya agama Buddha, yang juga dikenal sebagai Trisuci Waisak

Waisak yang disebut juga dengan Buddha Purnima atau Buddha Jayanti menandai tiga peristiwa penting (Trisuci Waisak). Budha Purnima disebut juga Waisak karena jatuh pada bulan “Baisakh” atau “Vaisakha”.

Hari Raya Waisak yang merupakan hari suci umat Buddha yang yang paling penting, yaitu merayakan hari ulang tahun Buddha.

Bagi umat Buddha, Waisak menandakan pencerahannya atau saat Buddha menemukan makna hidup.

Selain itu, Hari Raya Waisak juga waktu untuk merefleksikan ajaran-ajarannya dan apa artinya menjadi seorang umat Buddha.

Dilansir dari Wikipedia, Waisak diambil dari bahasa Pali "Wesakha", yang pada gilirannya juga terkait dengan "Waishakha" dari bahasa Sanskerta. Di beberapa tempat Waisak disebut juga sebagai "hari Buddha".

Di bererapa negara hari Waisak juga dikenal dengan berbagai nama, seperti Visakah Puja atau Buddha Purnima di India, Saga Dawa di Tibet, Vesak di Malaysia, dan Singapura, Visakha Bucha di Thailand, dan Vesak di Sri Lanka.

Perayaan Waisak merupakan perayaan terbesar bagi Umat Budha. Di kalangan umat Buddha Hari Raya Waisak sering disebut dengan hari raya Trisuci Waisak. Disebut Tri Suci Waisak, karena pada hari Waisak terjadi tiga peristiwa penting, yakni kelahiran Pangeran Sidhartha Gautama, tercapainya penerangan sempurna oleh Pertapa Gautama, dan mangkatnya sang Buddha Gautama.


Sejarah Singkat Hari Raya Waisak


Pada awalnya Buddhis, sebutan bagi umat Buddha, tidak percaya pada Tuhan tunggal yang menciptakan dunia dan segala yang ada di dalamnya. 

Namun banyak Buddhis percaya dengan ajaran-ajaran seorang pria bernama Siddhartha Gautama yang juga dikenal sebagai Buddha.

Siddhartha dipercaya sebagai seorang pangeran yang lahir dari keluarga kaya di tempat yang saat ini disebut Nepal pada abad ke-5 SM.

Lalu dia memutuskan bepergian sebagai seorang tunawisma suci untuk mempelajari lebih banyak tentang dunia dan melihat penderitaan dunia. 

Setelah enam tahun belajar dan bermeditasi dalam perjalanannya, dia menjadi sadar secara spiritual dan mencapai tujuannya untuk menemukan makna dalam hidup dan ini disebut sebagai sebuah pencerahan.

Pada saat itu, dia menjadi Buddha dan sepanjang hidupnya, Siddhartha mengajari pengikutnya akan pengalamannya. 

Buddha adalah gelar dan bukan sebuah nama, yang artinya adalah yang dicerahkan atau yang telah bangkit.




Makna Peringatan Waisak


Hari raya Waisak yang dirayakan pada bulan Mei pada waktu terang bulan (purnama sidhi) dimaksudkan untuk memperingati 3 peristiwa penting, yaitu:

1. Lahirnya Pangeran Siddharta di Taman Lumbini pada tahun 623 Sebelum Masehi (SM).

Siddharta Gautama kini lebih dikenal sebagai Buddha Gautama, pendiri ajaran Buddha.

Berdasarkan catatan sejarah umat Buddha, Taman Lumbini yang terletak di Kapilavastu, tepatnya di perbatasan Nepal dan India, adalah tempat Ratu Mayadevi melahirkan Siddhartha Gautama.

Tempat ini diresmikan sebagai salah satu Situs Warisan Dunia Unesco pada 1997, dan termasuk dalam empat tempat suci bagi umat Buddha selain Kushinagar, Bodh Gaya, dan Sarnath.

2. Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha di Buddha-Gaya (Bodh Gaya) pada usia 35 tahun pada tahun 588 SM.

Peristiwa ini terjadi saat Buddha Gautama melakukan pertapaan di Bodh Gaya, sebuah kota di negara bagian Bihar, India.

3. Buddha Gautama parinibbana (wafat) di Kusinara pada usia 80 tahun pada tahun 543 SM.

Kushinagar adalah sebuah kota di negara bagian Uttar Pradesh, India. Di kota ini terdapat pusat ziarah Buddhis internasional yang selalu ramai dikunjungi, baik untuk keperluan ziarah maupun wisata.

Tiga peristiwa tersebut dinamakan "Trisuci Waisak". 

Keputusan merayakan Trisuci ini dinyatakan dalam Konferensi Persaudaraan Buddhis Sedunia atau WFB (World Fellowship of Buddhists) yang pertama di Sri Lanka pada tahun 1950. 




Resolusi yang diadopsi di Konferensi Dunia berbunyi sebagai berikut :

“Bahwa Konferensi Persekutuan Dunia Buddhis ini, sambil mencatat apresiasinya atas tindakan mulia Yang Mulia, Maharaja Nepal dalam menjadikan hari purnama Waisak sebagai Hari Libur Umum di Nepal, dengan tulus meminta Kepala Pemerintahan semua negara di mana sejumlah besar umat Buddha dapat ditemukan, untuk mengambil langkah-langkah untuk menjadikan hari bulan purnama di bulan Mei sebagai Hari Libur Umum untuk menghormati Sang Buddha, yang secara universal diakui sebagai salah satu penyokong terbesar Kemanusiaan.”

Waisak dirayakan setiap satu tahun sekali, pada purnama pertama di bulan Mei. Tanggal perayaan Waisak berubah setiap tahun. Itu karena pada penggunaan kalender lunar kuno, waisak biasa jatuh pada bulan Mei atau awal Juni.

Perayaan Waisak di Indonesia


Di Indonesia, perayaan Hari Raya Trisuci Waisak secara tradisional dipusatkan di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. 

Rangkaian perayaan Waisak nasional secara pokok adalah sebagai berikut:

1. Pengambilan air berkat dari mata air (umbul) Jumprit di Kabupaten Temanggung dan penyalaan obor menggunakan sumber api abadi Mrapen, Kabupaten Grobogan.

2. Ritual "Pindapatta", suatu ritual pemberian dana atau makanan kepada para bhikkhu/biksu atau biksuni oleh masyarakat (umat) untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan kebajikan.

3. Samadhi pada detik-detik puncak bulan purnama. Penentuan bulan purnama ini adalah berdasarkan perhitungan falak, sehingga puncak purnama dapat terjadi pada siang hari.

Pada puncak perayaannya, umat Buddha akan berkumpul menyalakan lilin dan memasukkannya ke dalam lampion atau lentera.

Lentera ini nantinya akan dilepas secara bersama-sama sehingga akan terlihat sangat indah di tengah gelapnya langit malam.

Tujuan pelepasan lentera atau lampion dilakukan agar doa umat Buddha dapat segera terkabul.



Ritual Pradaksina


Ritual lain yang rutin dilakukan di Indonesia saat Hari Raya Trisuci Waisak adalah Pradaksina, yaitu berjalan mengelilingi tempat suci. 

Ritual Pradaksina dilakukan di dua tempat, Candi Borobudur dan Candi Mendut yang sama-sama berlokasi di Kabupaten Magelang.

Pradaksina berasal dari kata “daksina” yang bermakna dari timur. Ritual Pradaksina dilakukan mulai dari timur lalu bergerak ke selatan, mengikuti arah perputaran matahari. Sementara posisi candi harus di sisi kanan umat Budhha.

Para biksu biasanya melakukan Pradaksina tujuh kali, sambil membawa air berkah. Pradaksina menyimpan makna tentang penyucian diri dan penyempurnaan ibadah. Umat Budhha melakukannya sambil membaca doa dengan khusyuk.

Perayaan Waisak Di Negara Lain



Arsip Lain:


Selain Indonesia, umat Buddha di beberapa negara di dunia juga memiliki tradisi masing-masing yang unik setiap merayakan Waisak. 

Berikut sekilas perayaan Trisuci Waisak di berbagai Negara seperti dilansir dari berbagai sumber.

Perayaan Waisak di China

China dikenal sebagai negara dengan populasi penganut agama Buddha Mahayana terbesar di dunia. Menurut laman Pew Research (2015), pada tahun 2010 diperkirakan setengah umat Buddha di seluruh dunia berada di China dengan jumlah 244 juta umat.  

Di negara tersebut, warganya menamai hari lahir Sang Buddha sebagai Fódàn. Biasanya masyarakat akan merayakan di kuil Buddha dengan memberikan persembahan kepada para biksu dan menyalakan dupa. 

Adapun, perayaan Hari Tri Suci Waisak difokuskan pada upacara Yùfójié, atau memandikan Buddha. 

Dalam prosesinya, air beraroma harum yang telah diberkati akan dituangkan ke atas patung bayi Buddha yang jari telunjuk kanannya mengarah ke atas dan jari telunjuk kiri ke bawah menuju bumi mengacu pada kelahiran Pangeran Siddhartha Gautama atau Sang Buddha.




Perayaan Waisak di Jepang

Pada Hari Raya Waisak, biasanya masyarakat Jepang akan melakukan tradisi mengelilingi bunga teratai yang konon tumbuh dari tempat bayi Buddha berjalan. 

Selain itu, para umat Buddha juga diundang datang ke kuil untuk memandikan patung Buddha, lalu mereka akan menaburi patung dengan ama-cha, sejenis teh manis yang dibuat dengan berbagai macam daun hydrangea. 

Setelah itu mereka mengalungkan rangkaian bunga teratai di patung Buddha tersebut.

Perayaan Waisak di Thailand

Di Thailand, hari lahir Buddha atau Visakha Puja merupakan hari libur. Orang-orang berkumpul di kuil untuk mendengarkan ceramah dari para biksu. 

Selain itu, mereka dapat merapal doa sekaligus mempersembahkan makanan, bunga, dan lilin yang dimaksudkan untuk melambangkan batasan dari kehidupan material.

Sepanjang hari raya Waisak, Thailand mengadakan festival Visakha Bucha.

Biasanya, perayaan ini diadakan di Bangkok, tepatnya di depan King’s Grand Palace.

Umat Buddha di sana akan meletakkan patung Buddha dan ribuan lilin sebagai penerang.

Cahaya dari ribuan lilin di malam hari menciptakan pemandangan yang sangat indah dan suasana yang sangat khidmat.


Perayaan Waisak di Vietnam

Waisak di Vietnam (via Kumparan)


Hari Waisak di Vietnam dikenal sebagai Le Phat Dan. Dalam merayakannya, biasanya umat Buddha di Vietnam akan memasang lentera di sepanjang jalan dan mengadakan parade. 

Selain itu, mereka juga akan mendekorasi pagoda serta kuil, serta mengundang umat lainnya untuk memberikan persembahan bagi biksu dan mendengarkan khotbah.




Perayaan Waisak di Kamboja

Di Kamboja, ulang tahun Buddha disebut Visak Bochea dan juga merupakan hari libur nasional. 

Umumnya dalam ajaran Buddha Theravada, bendera Buddha dikibarkan di atas kuil dan diarak di jalan-jalan oleh para biksu. 

Para biksu juga berparade membawa bunga teratai, lilin, dan dupa. Sementara, masyarakat yang ada di sana biasanya memberikan persembahan kepada para biksu.


Perayaan Waisak Di Singapura

Perayaan Waisak di Singapore (Channelnewsaasia)

Dilansir Channelnewsasia, Umat Buddha di Singapore merayakan Waisak melalui ritual di Biara Kong Meng San Phor Kark See. Mereka berjalan mengelilingi kuil dengan membungkuk sekali setiap tiga langkah. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan penghormatan kepada Sang Buddha.

Ada juga upacara memandikan patung Buddha di Singapore Buddhist Welfare Services. Umat Buddha memandikan patung dengan cara menuangkan air suci di atas patung yang juga menandakan sebagai bunga dan hujan yang turun selama kelahiran Sang Buddha. Kegiatan memandikan patung ini juga sebagai isyarat yang melambangkan pemurnian.

Setelah itu, para umat melakukan doa yang dilakukan secara bersama-sama di dalam biara. Dalam acara Persaudaraan Buddha, para umat dan keluarganya merayakan Waisak dengan mengambil bagian dalam upacara, ceramah, makanan dan karnaval permainan. 

Perayaan Waisak di Malaysia

Pusat perayaan Waisak di Malaysia dilakukan di Ipoh. Di sana umat Buddha akan melakukan ritual Sunning Buddha. 

Para bhiksu akan menempatkan lukisan Buddha Tibet yang suci atau disebut Thangka di bawah sinar matahari. 

Tujuannya untuk menyerap energi kekuatan matahari yang diyakini membawa kedamaian, kesehatan, dan harmoni sepanjang tahun.




Perayaan Waisak di India

Di India, Hari Raya Waisak dikenal dengan sebutan Buddha Purnima atau Buddha Jayanthi. 

Pemeluk agama Buddha di sana akan merayakan Hari Raya Waisak dengan tradisi yang beragam, dengan Kota Dharamsala sebagai pusat ajaran Buddha Tibet (Tibetan Buddhism). 

Seperti di banyak tempat, umat Buddha di India biasanya akan berpakaian putih dan pergi ke kuil untuk mendengar khotbah. Selain itu, mereka juga biasanya akan menjalani pola makan vegetarian, salah satunya dengan mengonsumsi kheer, sejenis hidangan manis dari beras yang disantap guna melambangkan persembahan bubur kepada Sang Buddha yang berpuasa saat muda. 


Perayaan Waisak di Nepal

Saat hari Waisak tiba, umat Buddha di sana akan berbondong-bondong menuju tempat kelahiran Buddha, Lumbini.

Mereka merayakan Waisak dengan memberikan sumbangan atau berbagi kepada orang-orang yang membutuhkan.

Mereka juga akan berbondong-bondong ke Monkey Tample untuk berdoa. Tradisi lain yang ada di Nepal, mereka akan mengunjungi wihara-wihara untuk memberi penghormatan kepada Buddha.

Hal menarik lain, saat perayaan Waisak, umat Buddha di sana hanya mengonsumsi makanan vegetarian.

Perayaan Waisak di Korea Selatan

Setiap tiba hari raya Waisak, umat Buddha di sana akan menghias candi-candi yang ada di wilayah tersebut.

Ratusan lentera berbentuk teratai dipasang di setiap candi dan akan menerangi saat malam tiba.

Selain untuk mengenang kelahiran Buddha di dunia, tradisi ini juga diadakan untuk mengenang nilai-nilai Buddha.




Perayaan Waisak di Sri Lanka

Hampir seperti Korea Selatan, perayaan Waisak di Sri Lanka juga diperingati dengan memasang lentera-lentera cantik dengan warna-warni yang indah.

Ketika malam tiba, lentera atau lampion tersebut akan membuat pemandangan di sana terlihat sangat indah.

Biasanya perayaan ini dilakukan di Kolombo yang tidak lain merupakan ibu kota Sri Lanka.

Selama perayaan Waisak di Sri Lanka, ada beberapa aturan yang harus dipenuhi. Misalnya tidak boleh berjualan alkohol dan daging.

Perayaan Waisak di India

Setiap Waisak, biasanya umat Buddha dari seluruh dunia datang untuk mengunjungi kota Gaya, Sarnath, dan Kushinagar.

Mereka mengenakan pakaian serba putih sambil melantunkan dua dan memegang kitan suci Buddha.

Selain itu, patung Sang Buddha juga dihiasi dengan beberapa persembahan seperti buah-buahan, makanan manis, dan lilin.

Demikian sejarah dan makna di balik Hari Raya Trisuci Waisak dan filosofi tradisi perayaannya di Indonesia serta berbagai negara lain. Selamat Hari Raya Trisuci Waisak bagi seluruh umat Buddha di Indonesia yang merayakan! Semoga hari ini dan esok akan menjadi lebih bersinar bersama cahaya Waisak.

Posting Komentar untuk "Mengenal Sejarah Dan Makna Hari Raya Waisak Atau Waisaka Bagi Umat Buddha"