Cara Mendeteksi Penyakit Dengan Meraba Nadi

deteksi penyakit dari detak nadi.
Ilustrasi cara meraba nadi untuk menghitung detak/denyut nadi (via Liputan6.com)


Cara menghitung detak nadi. Berapa denyut nadi yang normal?

Denyut nadi atau detak jantung bisa jadi indikator kesehatan seseorang. Itulah sebabnya dokter sering melakukannya pada saat melakukan pemeriksaan kesehatan pasiennya.

Dan ternyata ilmu merada nadi (pulse pressure) ini sudah ditemukan sejak lama dan merupakan salah satu pemeriksaan medis paling tua.

Dilansir dari Kompas, ternyata sejak 3000 SM para penyembuh dari Mesir Kuno sudah meyakini bahwa nadi yang lemah menunjukkan tanda adanya suatu penyakit atau perburukan dari penyakit sebelumnya.

Kemudian seorang ilmuwan bernama Galen (129-200) mengembangkan pemeriksaan nadi itu dengan mengidentifikasi frekuensi, kekuatan dan durasi dari pembuluh nadi. Namun saat itu manfaatnya bagi praktik kedokteran masih belum jelas.

Barulah setelah John Foyer (1649-1734) mempublikasikan hasil observasinya terhadap 1.707 karakteristik nadi manusia, metode tersebut baru sempurna. Dari tulisan “Pulse-watch” karya Foyer itu mulai terungkap hubungan antara nadi dan penyakit jantung.
 
Pada era selanjutnya, penemuan Foyer dikembangkan lebih lanjut oleh Adam dan Stokes pada kasus bradikardia (frekuensi nadi yang lambat, yaitu kurang dari 60 kali/menit). 

Penelitian mereka menyimpulkan, tidak semua kasus kejang atau pingsan mendadak (fainted) disebabkan oleh gangguan di otak, melainkan akibat lambatnya frekuensi nadi yang menandakan blokade irama jantung (heart block). 

Kini, heart block tercatat sebagai salah satu penyebab nadi lambat yang paling sering, dan pada stadium lanjut, membutuhkan alat pacu jantung.

Di masa sekarang, pemeriksaan nadi semakin penting dalam dunia medis. Baik dokter maupun perawat akan selalu meraba nadi sebagai pemeriksaan dasar.

Frekuensi nadi yang diukur dengan perabaan kini menjadi salah satu dari 5 tanda vital manusia; di samping kesadaran, frekuensi napas, tekanan darah, dan suhu. 

Dalam sejumlah kasus rawat inap di rumah sakit, kecepatan nadi lebih dari 100 kali per menit telah terbukti sebagai prediktor buruk.  

Malahan, seorang yang sehat tapi memiliki frekuensi nadi lebih dari 100 kali/ per menit, juga memiliki risiko untuk mengalami serangan jantung di kemudian hari. Tentunya, nadi diukur dalam kondisi tenang, istirahat, dan dalam suasana emosi stabil.

Cara mengukur nadi yang tepat


Pembuluh nadi atau arteri (pembawa darah bersih) memiliki ciri berdenyut. Apabila Anda melihat pembuluh berwarna biru di permukaan kulit, itu bukan arteri tetapi pembuluh vena. 

Arteri letaknya lebih di dalam, namun dinding dan tekanannya lebih kuat sehingga teraba denyutnya. Sebaliknya, pembuluh vena itu lebih tipis, lebih ke permukaan, dan tidak berdenyut. Tapi untungnya, letak kedua pembuluh darah ini berdekatan.

Dilansir dari Aladokter, denyut nadi adalah berapa kali arteri (pembuluh darah bersih) mengembang dan berkontraksi dalam satu menit sebagai respons terhadap detak jantung. 

Jumlah denyut nadi sama dengan detak jantung. Ini karena kontraksi jantung menyebabkan peningkatan tekanan darah dan denyut nadi di arteri. Jadi mengukur denyut nadi sama artinya dengan mengukur denyut jantung.

Denyut nadi biasanya diperiksa untuk mengetahui apakah jantung berfungsi dengan baik atau tidak, menemukan tanda-tanda penyakit, memeriksa aliran darah setelah cedera, dan sebagai bagian dari pemeriksaan tanda-tanda vital secara umum.

Pada umumnya nadi diraba pada pergelangan tangan. Namun pada kasus korban yang pingsan, nadi utama yang diraba adalah pada leher. 

Beberapa pembuluh nadi lain yang dapat diraba manual, antara lain:

1. Pergelangan tangan di sebelah sisi yang berdekatan dengan jempol (a. radialis),
2. Lipat siku pada sisi berlawan dari a. radialis (a. brakialis),
3. Sisi samping leher (a. karotis interna),
4. Pangkal paha (a. femoralis),
5. Lipat siku (a. poplitea),
6. Sedikit di atas tumit kaki (a. tibialis posterior),
7. Permukaan punggung kaki (a. dorsalis pedis).

Raba pergelangan tangan dengan ujung jari tangan sebelah. Meraba nadi pada tangan kiri atau kanan sama saja, namun, lebih baik jika mengukur kedua sisi. 

Lokasi tepatnya berada sesisi dengan jempol. Jangan terlalu kuat atau terlalu lemah dalam menekan nadi. Setelah merasakan denyut nadi, mantapkan perabaan dan mulailah menghitung.

Frekuensi nadi idealnya dihitung dalam 60 detik. Dapat pula diukur dalam 30 detik lalu hasilnya dikali 2. Namun pengukuran selama 15 detik yang hasilnya dikali 4 tidak direkomendasikan.

Selain frekuensi denyut nadi, Anda juga dapat merasakan kualitas dari nadi: kekuatannya, irama teratur atau tidak, serta ekual/tidaknya dengan nadi sisi sebelahnya. 

Perbandingan sisi kiri dan kanan hanya boleh dilakukan pada nadi yang sama. Jangan membandingkan nadi di pergelangan tangan dengan yang di lipat siku. Hasilnya tentu berbeda!

Nadi Yang Normal


Frekuensi denyut nadi normal ialah 60-100 kali/menit dengan irama reguler. Kurang dari 60 kali/menit disebut bradikardia. Lebih dari 100 kali/menit disebut takikardia.

Kecepatan nadi (umumnya takikardia) ini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor eksternal: stres, emosi, aktivitas fisik barusan, maupun obat-obatan. Pesannya ialah hati-hati dalam menginterpretasikan hasil frekuensi nadi ini.

Namun bila menemukan irama yang direguler, denyut yang berbeda-beda, sudah dipastikan itu adalah kondisi tidak normal. Segera hubungi dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Adanya bradikardia (setelah diperiksa berkali-kali dalam kurun waktu yang berbeda) perlu pemeriksaan lebih lanjut. Namun, bradikardia umumnya ditemukan normal pada atlet. Bradikardia yang harus diwaspadai ialah bila disertai keluhan lemas, cepat lelah, atau pingsan!

Arsip Lain:


Berikut beberapa penyakit yang dapat dideteksi dari perabaan nadi :

1. Nadi radialis lemah atau tidak teraba — syok, kekurangan cairan, kontraksi jantung lemah

2. Nadi radialis iregular — gangguan irama jantung

3. Nadi karotis tidak teraba (10 detik) — henti jantung

4. Nadi pada kaki lemah atau tidak teraba — sumbatan pembuluh darah kaki. Sering disertai gejala cepat lelah dan nyeri berjalan

Meraba nadi untuk mengetahui denyut nadi adalah pemeriksaan sederhana yang dapat dilakukan pada diri sendiri maupun orang lain. Dengan sering berlatih meraba denyut nadi sendiri, Anda akan mudah mengetahui apakah denyut nadi Anda tergolong normal, terlalu cepat atau lambat. Sehingga Anda bisa cepat melakukan tindakan medis jika menyadari denyut nadi Anda berbeda dari biasanya, apalagi jika disertai keluhan nyeri dada, pusing, pingsan, sakit kepala, dan sesak napas.

Posting Komentar untuk "Cara Mendeteksi Penyakit Dengan Meraba Nadi"